Salah satu profesi yang merdeka, lepas dari keterikatan bos-bawahan
adalah programer. Di luar negeri, programer bekerja secara remote (kerja
jarak jauh) dengan perusahaan asing yang tak dikenalnya. Dia bisa
mengerjakan tugas di mana saja, dan bila sudah selesai tinggal
mengirimnya via e-mail atau lewat website.
<a
href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a3126491&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE'
target='_blank'><img
src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=951&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a3126491'
border='0' alt='' /></a>
Gajinya lumayan lho!
Tapi, itu kalau di luar negeri. Di Indonesia, beberapa programer sudah
mulai melakukan hal serupa, tapi memang sih belum jadi tren. Jadi, buat
kalian yang lagi cari-cari jurusan di perguruan tinggi, jurusan
information technology atau IT, khususnya programer dan desainer web
atau webmaster, layak dilirik.
Sebenarnya, bibit-bibit programer
Indonesia banyak bertebaran lho, dan secara kualitas tak kalah dengan
programer asing. Cuma, kendala di Indonesia adalah karena belum ada
penghargaan terhadap karya intelektual berupa software. Begitu muncul
software bagus, eh langsung dibajak sehingga programer tak mendapat
penghasilan selayaknya. Kasihan kan....
Harus diakui, suka atau
tidak suka, pengetahuan programer Indonesia yang multitalenta konon juga
ditunjang kemudahan mereka mengakses berbagai software bajakan....
hu-hu-hu... ironis banget ya. Tapi, pengakuan ini diberikan oleh banyak
mahasiswa lho.
Imagine Cup
Microsoft
Indonesia, salah satu yang produknya sering dibajak, beberapa waktu lalu
menggelar kompetisi nasional bagi programer muda. Kompetisi bernama
Imagine Cup ini punya tema bernuansa ”hijau”, yaitu ”Imagine a World
Where Technology Enables a Sustainable Environment”.
Di Indonesia,
kompetisi ini diikuti 5.077 peserta yang mewakili 326 lembaga
pendidikan. Wow... ramai banget, kan, itu berarti dunia programer
Indonesia makin bergairah. Di banding tahun lalu yang hanya diikuti 533
peserta, jumlah kali ini cukup mencerminkan generasi cyber yang makin
melek bahasa pemrograman.
”Di seluruh dunia, kompetisi ini diikuti
180.000 pelajar. Jumlah itu kalau dikumpulkan di stadion sepak bola
belum tentu cukup,” kata Presiden Direktur PT Microsoft Indonesia Tony
Chen.
Dari Indonesia, ada empat finalis yang diadu dalam presentasi final di Senayan Trade Center, Jakarta, Rabu (23/4).
Dari
presentasi hari itu di depan juri, Tim Antar Muka dari Institut
Teknologi Bandung dengan proyeknya yang bernama Butterfly menang dalam
kompetisi nasional dan berhak melaju ke Imagine Cup tingkat dunia di
Paris, Perancis, Juli mendatang. Mereka adalah Arief Widhiyasa, Dimas
Yusuf Danurwenda, Ella M Dwi Mustika, dan Erga Ghaniya.
Butterfly
merupakan software untuk pelaporan masalah lingkungan yang membutuhkan
monitoring langsung dari lapangan. Misalnya, kasus kebakaran hutan.
Dengan software ini, laporan kejadian, baik berupa komentar, foto,
maupun video, bisa langsung dikirim kepada lembaga yang menangani.
Input
Butterfly bisa dilakukan dari SMS, telepon, website, dan aplikasi
berbasis Windows Mobile. Presentasi tim ini memang mantap dengan
mendemokan berbagai kemampuan software itu dalam menangani pelaporan
masalah lingkungan hidup.
Juri sempat mempertanyakan waktu tunda
atau delay dalam pengiriman foto atau video. Tetapi dibandingkan dengan
tim lain, konsep Butterfly memang lebih mengesankan dan sangat
dibutuhkan oleh pemerintah maupun NGO (nongovernment organization) yang
bergerak di bidang advokasi lingkungan hidup.
Juara kedua diraih
tim gabungan bernama Tim Biota.NET dari IT Telkom dan Institut Pertanian
Bogor. Mereka tampil dengan proyek EcoVillage. Sesuai namanya, software
ini berfungsi memonitor sumber daya komunitas atau desa yang berbasis
ekologi.
Juara III didapat Tim Screaming Tree dari Institut
Teknologi Bandung dengan proyek bernama Suicoden. Suicoden merupakan
software berbasis komputer desktop yang dirancang untuk arsitek maupun
desainer rumah guna membantu mengalkulasi dan menyimulasikan berbagai
aspek lingkungan yang timbul oleh pembangunan rumah.
Juara IV
diraih Tim Mantra, gabungan dari Universitas Indonesia dan Bina
Nusantara, dengan proyek Pu.Un Project. Mereka membuat konsep pendanaan
(fund raising) melalui website yang berisi game-game online.
Dari
sisi ide memang bukan barang baru, namun uniknya dana yang dihimpun
digunakan untuk menanam pohon. Penyumbang bisa memilih lokasi tempat
pohon akan ditanam. Website ini bercita-cita seperti ”green social
networking”.
Para programer rata-rata memanfaatkan Microsoft
Visual Studio 2008, Microsoft .NET Framework 3.5, Windows Expression
Blend 1.0, Autodesk 3ds Max, Electric Rain ZAM 3D, Microsoft SQL Server
2005, ASP .NET, XML Web, Microsoft Expression Studio, Microsoft Virtual
Earth SDK 4.0, GPS .NET SDK 1.3, IIS (Internet Information Service) 7.0,
dan Windows Mobile 6.0.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar