Sabtu, 09 April 2011

Masa Depan Programer Muda

Salah satu profesi yang merdeka, lepas dari keterikatan bos-bawahan adalah programer. Di luar negeri, programer bekerja secara remote (kerja jarak jauh) dengan perusahaan asing yang tak dikenalnya. Dia bisa mengerjakan tugas di mana saja, dan bila sudah selesai tinggal mengirimnya via e-mail atau lewat website.
<a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a3126491&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=951&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a3126491' border='0' alt='' /></a>
Gajinya lumayan lho! Tapi, itu kalau di luar negeri. Di Indonesia, beberapa programer sudah mulai melakukan hal serupa, tapi memang sih belum jadi tren. Jadi, buat kalian yang lagi cari-cari jurusan di perguruan tinggi, jurusan information technology atau IT, khususnya programer dan desainer web atau webmaster, layak dilirik.
Sebenarnya, bibit-bibit programer Indonesia banyak bertebaran lho, dan secara kualitas tak kalah dengan programer asing. Cuma, kendala di Indonesia adalah karena belum ada penghargaan terhadap karya intelektual berupa software. Begitu muncul software bagus, eh langsung dibajak sehingga programer tak mendapat penghasilan selayaknya. Kasihan kan....
Harus diakui, suka atau tidak suka, pengetahuan programer Indonesia yang multitalenta konon juga ditunjang kemudahan mereka mengakses berbagai software bajakan.... hu-hu-hu... ironis banget ya. Tapi, pengakuan ini diberikan oleh banyak mahasiswa lho.
Imagine Cup
Microsoft Indonesia, salah satu yang produknya sering dibajak, beberapa waktu lalu menggelar kompetisi nasional bagi programer muda. Kompetisi bernama Imagine Cup ini punya tema bernuansa ”hijau”, yaitu ”Imagine a World Where Technology Enables a Sustainable Environment”.
Di Indonesia, kompetisi ini diikuti 5.077 peserta yang mewakili 326 lembaga pendidikan. Wow... ramai banget, kan, itu berarti dunia programer Indonesia makin bergairah. Di banding tahun lalu yang hanya diikuti 533 peserta, jumlah kali ini cukup mencerminkan generasi cyber yang makin melek bahasa pemrograman.
”Di seluruh dunia, kompetisi ini diikuti 180.000 pelajar. Jumlah itu kalau dikumpulkan di stadion sepak bola belum tentu cukup,” kata Presiden Direktur PT Microsoft Indonesia Tony Chen.
Dari Indonesia, ada empat finalis yang diadu dalam presentasi final di Senayan Trade Center, Jakarta, Rabu (23/4).
Dari presentasi hari itu di depan juri, Tim Antar Muka dari Institut Teknologi Bandung dengan proyeknya yang bernama Butterfly menang dalam kompetisi nasional dan berhak melaju ke Imagine Cup tingkat dunia di Paris, Perancis, Juli mendatang. Mereka adalah Arief Widhiyasa, Dimas Yusuf Danurwenda, Ella M Dwi Mustika, dan Erga Ghaniya.
Butterfly merupakan software untuk pelaporan masalah lingkungan yang membutuhkan monitoring langsung dari lapangan. Misalnya, kasus kebakaran hutan. Dengan software ini, laporan kejadian, baik berupa komentar, foto, maupun video, bisa langsung dikirim kepada lembaga yang menangani.
Input Butterfly bisa dilakukan dari SMS, telepon, website, dan aplikasi berbasis Windows Mobile. Presentasi tim ini memang mantap dengan mendemokan berbagai kemampuan software itu dalam menangani pelaporan masalah lingkungan hidup.
Juri sempat mempertanyakan waktu tunda atau delay dalam pengiriman foto atau video. Tetapi dibandingkan dengan tim lain, konsep Butterfly memang lebih mengesankan dan sangat dibutuhkan oleh pemerintah maupun NGO (nongovernment organization) yang bergerak di bidang advokasi lingkungan hidup.
Juara kedua diraih tim gabungan bernama Tim Biota.NET dari IT Telkom dan Institut Pertanian Bogor. Mereka tampil dengan proyek EcoVillage. Sesuai namanya, software ini berfungsi memonitor sumber daya komunitas atau desa yang berbasis ekologi.
Juara III didapat Tim Screaming Tree dari Institut Teknologi Bandung dengan proyek bernama Suicoden. Suicoden merupakan software berbasis komputer desktop yang dirancang untuk arsitek maupun desainer rumah guna membantu mengalkulasi dan menyimulasikan berbagai aspek lingkungan yang timbul oleh pembangunan rumah.
Juara IV diraih Tim Mantra, gabungan dari Universitas Indonesia dan Bina Nusantara, dengan proyek Pu.Un Project. Mereka membuat konsep pendanaan (fund raising) melalui website yang berisi game-game online.
Dari sisi ide memang bukan barang baru, namun uniknya dana yang dihimpun digunakan untuk menanam pohon. Penyumbang bisa memilih lokasi tempat pohon akan ditanam. Website ini bercita-cita seperti ”green social networking”.
Para programer rata-rata memanfaatkan Microsoft Visual Studio 2008, Microsoft .NET Framework 3.5, Windows Expression Blend 1.0, Autodesk 3ds Max, Electric Rain ZAM 3D, Microsoft SQL Server 2005, ASP .NET, XML Web, Microsoft Expression Studio, Microsoft Virtual Earth SDK 4.0, GPS .NET SDK 1.3, IIS (Internet Information Service) 7.0, dan Windows Mobile 6.0.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar